Pages

pembukaan

Kamis, 20 Maret 2014

Penalaran Induktif dan Deduktif beserta macamnya

I.  Penalaran Deduktif

Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi  merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang umum. Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.

Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.

Contoh penalaran deduktif :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

I.A.  Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :

a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.

Contoh :
Semua karyawan diberi gaji (pendapat umum)
Arman adalah karyawan (pendapat kusus)
Jadi, Arman diberi gaji (konklusi / kesimpulan)

b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh :
Pegawai yang baik tidak mau menerima suap. (pendapat umum)
PK       : Ali pegawai yang baik.(pendapat kusus)
S          : Ali tidak mau menerima suap.(konklusi / kesimpulan)

II.  Penalaran Induktif

Penalaran Induktif Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses penalaran deduktif. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataan-pernyataan, yang tentunya bersifatf aktual pula.

Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.

Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi seperti generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.

II.A. Macam-macam Penalaran Induktif

a. Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh :
Jika ada air, manusia akan hidup.
Jika ada air, hewan akan hidup.
Jika ada air, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada air mahkluk hidup akan hidup.

b. Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Contoh :
Pak Rusli adalah guru yang baik
Pak Rusli dapat menjalankan tugasnya dengan baik.


sumber:

Jumat, 14 Maret 2014

Penalaran, Proposisi, Inferensi dan Implikasi, Wujud Evidensi

I.  Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian yaitu : 

  • Proses berfikir logis sistematis terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan
  • Menghubung-hubungkan data atau fakta sampai dengan suatu simpulan
  • Proses menganalisis suatu topik sehingga mengahsilkan suatu simpulan
A.  Konsep dan simbol dalam penalaran :
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannyadiperlukan bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis

B.  Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secaraformal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
C.  Jenis-jenis penalaran

  •  metode induktif
  •  metode deduktif

II.  PROPOSISI
A. Pengertian Proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Proposisi logika terdapat tiga bagian utama yaitu subjek,predikat,kopula. Kopula ialah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. Proposisi mempunyai pembilang yang mengacu pada kuantitas subjek.
Contohnya : “semua manusia adalah ciptaan tuhan”
Semua     : pembilang
Manusia  :  subjek
Adalah     : kopula
Sama        : ciptaan tuhan

B.  Jenis-jenis proposisi
Jenis-jenis proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis berdasarkan materi, kualitas, kuantitas, komposisi, bentuk, kebenaran isi dan sebagainya.
Namun di sini saya hanya memberi contoh beberapa jenis proposisi :
1.     Proposisi Kategorik ( categorical proposition)
Yaitu proposisi yang terdiri atas subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik ini , predikat mengarfimasi atau menegasi subjek.
Contoh : Palto adalah seorang filsuf

2.     Proposisi Arfimatif ( arffimative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang mengarfimasi atau mengiakan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan dalam hal ini subjek menjadi bagian dari predikat.
Contoh : Semua manusia adalah hewan yang berakal budi

3.     Proposisi Negatif ( negative proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menegasi atau mengingkari adanya hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bijaksana

4.     Proposisi universal ( universal proposition )
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang(quantifier) yang bersifat universal. Untuk proposisi universal arifmatif kata pembilang yang biasa digunakan ialah semua,tiap-tiap,masing-masing, setiap, siapa pun juga, atau apa pun juga.
Contoh : setiap sarjana lulusan IKIP adalah pendidik

5.     Proposisi partikular (particular proposition)
Yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang (quantifier) yang bersifat khusus. Baik untuk proposisi partikular positif maupun partikular negatif,kata pembilang yang biasa digunakan ialah beberapa dan sebagian.
Contoh : sebagian manusia tidaklah bodoh


III.  INFERENSI DAN IMPLIKASI
A.  Pengertian inferensi
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada dua cara yang bisa ditempuh dalam inferensi yaitu inferensi induktif dan inferensi deduktif.
Inferensi deduktif terdiri atas inferensi langsung dan inferensi tidak langsung (inferensi silogistik). Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah premis. Ada jenis lima penalaran        langsung    yaitu :inversi,konversi,obvesrsi,kontraposisi,dan oposisi
Inversi adalah penalaran langsung dengan cara dengan menegasikan subjek proposisi premis dan menegasikan atau tidak menegasikan baik subjek maupun predikat proposisi premis, maka inversi itu disebut inversi lengkap. Inversi dilakukan dengan menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan predikatnya tidak dinegasikan, maka inversi itu disebut inversi sebagian.

B.  Pengertian implikasi
Implikasi dapat merujuk kepada:
Dalam manajemen:
·         Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi,   perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
·         implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan

Dalam logika:
·        Implikasi logis dalam logika matematika
·        Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.

IV.  WUJUD EVIDENSI
A. Penfertian Wujud Evidensi
Yaitu Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi.   Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.


B.  CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :
1.     Konsistensi
2.     Koherensi

C.  CARA MENGUJI OTORITAS
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.



Kamis, 13 Maret 2014

Bagaimana Cara Penulisan Sumber Kutipan dan Daftar Pustaka ?

   Ada banyak cara dalam menulis sebuah kutipan dan daftar pustaka, tetapi di sini saya akan menjelaskan cara menuliskannya berdasarkan “Harvard - American Psychological Association Style( Hardvard – APA Style ).

I.   Aturan  Penulisan Sumber Kutipan :
a.   Sumber kutipan dapat ditulis pada awal atau akhir kutipan

b.  Penempatan  sumber  kutipan  (pada  awal  atau  akhir  kutipan)  tidak  boleh  mengaburkan bagian yang dikutip

c.  Nama  penulis  suatu  sumber  kutipan  hanya  ditulis  nama  belakang,  diikuti  tahun  dan halaman    sumber  kutipan,  dilanjutkan  dengan  isi  teks  yang  dikutip.  (Pencantuman halaman setelah tahun dipisahkan oleh tanda titik dua)

d.  Jika  penulis  terdiri  atas  dua  orang,  kata  penghubung  penulis  pertama  dan  kedua menggunakan  ”dan”  (tidak  menggunakan  simbol  ”&”;  serta  tidak  menggunakan  kata penghubung  ”and”  walaupun  literaturnya  berbahasa  Inggris,  kecuali  seluruh  naskah ditulis menggunakan bahasa Inggris).

e.  Jika  penulis  lebih  dari  dua  orang,  hanya  nama  belakang  penulis  pertama  yang  ditulis sebagai  sumber  kutipan,  diikuti  et  al.,  kemudian  tahun  dan  halaman  sumber  kutipan. (Catatan:  et al.  dalam bahasa Latin adalah singkatan dari  et alia  atau  et alii,  dalam bahasa Inggris berarti and others, dan dalam bahasa Indonesia berarti dan kawan-kawan).

f.  Jika  sumber  kutipan  merupakan  literatur  terjemahan  (buku,  artikel,  dll),  maka  yang disebut  sebagai  sumber  adalah  nama  penulis  asli  (bukan  penerjemah),  diikuti  tahun penerbitan  literatur  asli  (bukan  tahun  penerbitan  hasil  terjemahan).  [Catatan:  nama penerjemah hanya dinyatakan dalam daftar pustaka]

g.  Pencantuman  halaman  sumber  kutipan  setelah  tahun  bersifat  wajib  jika  isi  teks  yang dikutip jelas letak halamannya


II.  Aturan Penulisan Daftar Pustaka :
a.  Sumber  kutipan  yang  dinyatakan  dalam  karya  ilmiah  harus  ada  dalam  Daftar  Pustaka, dan sebaliknya.

b.  literatur yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka hanya literatur yang menjadi rujukan dan dikutip dalam karya ilmiah.

c.   Daftar pustaka ditulis/diketik satu spasi, berurutan secara alfabetis tanpa nomor.

d.  Jika literatur ditulis oleh satu orang, nama penulis ditulis nama belakangnya lebih dulu, kemudian diikuti singkatan (inisial) nama depan dan nama tengah, dilanjutkan penulisan tahun, judul dan identitas lain dari literatur/pustaka yang dirujuk.

e.  Jika  penulis  lebih  dari  dua  orang,  nama  penulis  pertama  ditulis  seperti  aturan  “d”, dilanjutkan  penulisan  nama  penulis  kedua  dan seterusnya  sebagai  berikut:  nama depan dan  nama  tengah  (disingkat)  dilanjutkan  nama  belakang.  [Untuk  penulis  kedua  dan seterusnya,  penulisan  nama  depan/tengah  (singkatan)  dan  nama  belakang  tidak  perlu dibalik seperti penulis pertama].

f.  Penulisan daftar pustaka tidak boleh menggunakan  et al. sebagai pengganti nama penulis kedua dan seterusnya (berbeda dengan penulisan sumber kutipan  seperti dijelaskan  pada aturan 2.1 huruf e)

g.  Kata penghubung seorang/beberapa  penulis dengan penulis  terakhir  menggunakan kata “dan”  (tidak  menggunakan  simbol  “&”;  serta  tidak  menggunakan  kata  penghubung “and”  walaupun  literaturnya  berbahasa  Inggris,  kecuali  seluruh  naskah  ditulis menggunakan bahasa Inggris).
h.  Cara  penulisan  setiap  daftar  pustaka  berbeda-beda,  bergantung  pada  jenis  literatur/pustaka yang menjadi referensi. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh.

III.  Cara Penulisan Sumber Kutipan
a.  Jika sumber kutipan ditulis di awal kalimat atau awal teks:
1.   Satu  sumber  kutipan  dengan  satu  penulis:  Dermawan  (2010)  menyatakan  bahwa......; jika  disertai dengan halaman: Dermawan (2010: 180) menyatakan bahwa......; Menurut Dermawan (2010: 180) .........
2.  Satu sumber kutipan dengan dua penulis: Dermawan dan Khanafi (2007: 240)…………
3.  Satu sumberkutipan lebih dari dua penulis: Gunawan et al. (2010: 25)…….

b.  Sumber kutipan ditulis di akhir kalimat atau awal teks:
1.  Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ............. Dermawan (2010); jika disertai dengan halaman: .......... Dermawan (2010: 180).
2.  Satu sumber kutipan dengan dua penulis: ........ Dermawan dan Khanafi (2007: 240)
3.  Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: …….. Gunawan et al. (2010: 25)

c.  Dua  sumber  kutipan  dengan  penulis  yang  sama:  
Thomson  (2005, 2006);  jika  tahun  publikasi  sama: Roland (2006a, 2006b).

d.  Sumber  kutipan  berupa  banyak  pustaka  dengan  penulis  yang  berbeda-beda: 
(Yermack,  1997;  Aboody dan Kasznik, 2000; Guan et al., 2000).

e.  Sumber  kutipan  tidak  menyebut  nama  penulis,  tetapi  menyebut  suatu  lembaga  atau  badan tertentu:
Badan  Pusat  Statistik  (2006);  Ikatan  Akuntan  Indonesia  (2011);  Financial  Accounting Standard Board (1984).

f.  Sumber  kutipan  tidak  menyebut  nama  penulis,  tetapi  menyebut  suatu  peraturan  atau  undangundang:
Undang-Undang  No.  12  Tahun  2012.......;  Peraturan  Pemerintah  No.  60 Tahun  2010......; Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45......

g.  Kutipan berasal dari sumber kedua:
Scott (2000) dalam Asyik (2009: 23).......; Arthur Levitt  (lihat Riharjo, 2008: 21).....; Andayani (2002) seperti dikutip Herlina (2009: 16)....  [Catatan: daftar pustaka hanya mencantumkan referensi yang merupakan sumber kedua].

IV.  Cara Penulisan Daftar Pustaka :
a.  Buku Teks
Aturan  penulisan:  nama  belakang,  singkatan  (inisial)  nama  depan  dan  nama  tengah (jika  ada), tahun  penerbitan,  judul  buku  (cetak  miring),  edisi  buku,  nama  penerbit, kota penerbit.  [Jika  ada dua penulis atau lebih, lihat aturan penulisan daftar pustaka di atas huruf e).
Contoh:
Merna  T. dan  F.  F.  Al-Thani. 2008.  Corporate  Risk Management.  2nd ed.  John  Welly and       Sons Ltd. England.

b.  Buku Terbitan Lembaga/Badan/Organisasi
Aturan penulisan: nama  lembaga/badan/organisasi, tahun penerbitan,  judul  buku  (cetak miring), edisi/cetakan, nama penerbit, kota penerbit.
Contoh:
Badan  Pusat  Statistik.  2013.  Laporan  Bulanan  Data  Sosial  Ekonomi.  Januari.  BPS  Jawa            Timur. Surabaya.

c.  Makalah Pidato Ilmiah dan semacamnya
Aturan  penulisan:  nama  belakang,  singkatan  (inisial)  nama  depan  dan  nama  tengah (jika  ada), tahun,  judul,  sifat/tujuan  makalah  (cetak  miring),  nama  kegiatan,  tanggal kegiatan,  kota  tempat kegiatan.
Contoh:
Raka,  G. 2003. Menggarisbawahi  Peran  Idealisme, Karakter  dan  Komunitas  dalam       Transformasi Institusi.  Makalah  Orasi  Ilmiah.  Sidang Terbuka  Senat  Peringatan Dies      Natalis ke-44 Institut Teknologi Bandung. 2 Maret. Bandung.

d.  Artikel dari Majalah atau Surat Kabar
Aturan  penulisan:  nama  belakang,  singkatan  (inisial)  nama  depan  dan  nama  tengah (jika  ada), tahun, judul artikel (cetak miring), nama majalah/surat kabar, tanggal, halaman, kota penerbit.
 Contoh:
Mangunwijaya, Y.B. 1992. Pendidikan Manusia Merdeka. Harian Kompas.  11 Agustus.   Halaman 15. Jakarta.

Sumber:

Apa sih kalimat efektif itu??

I.  Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan wacana, pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

II.  Syarat-syarat kalimat efektif
1. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran si pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan oleh si pembicara atau penulisnya.

III.  Ciri-Ciri Kalimat Efektif

1.  Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Andi (S) pergi (P) ke sekolah (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Andi pergi ke sekolah, kemudian Andi pergi ke rumah nenek (tidak efektif)
Andi pergi ke sekolah, kemudian ke rumah nenek (efektif)

2.  Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata       
Dalam kalimat efektif tidak terdapat kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Kalimat ambigu dan tidak efektif:
Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima
a.  pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
b.  kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.

Kalimat efektif :
•  Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, maka ditulis “Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima”.
•  Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, maka ditulis “ Sumbangan dari kedua sekolah itu telah kami terima”.

3.  Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia Terburu-buru, maka dia lewat begitu saja. (tidak efektif)
Karena tidak Terburu-buru, dia lewat begitu saja. (efektif)
Dia sudah duduk di sini sejak dari siang. (tidak efektif)
Dia sudah duduk di sini sejak siang. (efektif)

4.  Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat kepaduan kalimat, yaitu:
a.            Kalimat yang padu tidak bertele-tele
b.            Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c.             Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Penulisan ini membahas tentang anak jalanan di ibukota. (tidak efektif)
Penulisan ini membahas anak jalanan di ibukota. (efektif)

5.  Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.
Contoh:
Anto memindahkan batu itu dengan diangkatnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Anto memindahkan batu itu dengan mengangkatnya ke pinggir jalan. (efektif)
Batu itu dipindahkan Anto dengan diangkatnya ke pinggir jalan. (efektif

Sumber:

Apa Itu Alinea?

       Mungkin kalo kita menjabarkan alinea seperti anak SD yang baru belajar Bahasa Indonesia, alenia adalah sebuah paragrap yang diawali dengan tulisan  menjorok ke dalam 5-7 spasi, akan tetapi arti sebenarnya dari  alinea atau Paragraf itu sendiri adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema. Meskipun demikian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja, penyebabnya antara lain :
1. Kurang dikembangkan oleh penulis
2. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3. Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea

Tujuan pembentukan alinea adalah :
a. Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.


Persyaratan Alinea :
a. Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b. Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.
Koherensi alinea dapat diciptakan melalui susunan yang logis dan berkaitan antar kalimat, dengan cara repetisi, kata ganti, dan kata sambung.


I.  Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
a. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph

b. Paragraf Induktif Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif

c. Paragraf Deduktif-Induktif Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

d. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat  terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dekriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

II.  Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

a. Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
b. Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
c. Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
d. Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
e. Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
III.  Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

a.  Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

b. Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

c.  Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya